Sebagian
orang melarang orang lainnya untuk belajar logika. Bahkan sebagian lainnya
malah mengkafirkan mereka yang belajar logika. Mengapa demikian? Tentu hal
tersebut mengundang pertanyaan; apa sebenarnya yang dipelajari dalam ilmu
logika. Apakah ilmu logika adalah “ilmu hitam” yang menyesatkan bahkan membuat
yang beriman menjadi kafir? Atau malah sebaliknya, dengan mempelajari ilmu
logika seseorang akan semakin teguh keberimanannya. Yang jelas, kita tidak
dapat menghukumi sesuatu tanpa mengetahui sesuatu yang kita hukumi
tersebut.
Ilmu Logika,
Pada Mulanya
Logika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang berarti sabda, perkataan
atau pemikiran. Logika telah digunakan oleh Socrates, Plato bahkan para
pendahulunya untuk membangun argumentasi yang persuasif sembari menolak
argumentasi orang lain. Namun logika dipahami sebagai suatu ilmu yang
sistematis, dikarenakan upaya pemikiran Aristoteles (384-322 SM). Itulah
mengapa Aristoteles dikenal sebagai bapak ilmu logika (Bertrand Russell;
History of Western Philosophy. 1974, hlm 206).
Dari Yunani,
logika kemudian diadopsi oleh berbagai bangsa, daerah dan bahkan agama. Di
Yahudi kita mengenal berbagai filosof dari yang tidak popular hingga yang
paling popular yaitu, Karl Marx. Thomas Aquinas pendeta sekaligus filosof zaman
pertengahan mencoba memadukan agama Kristen dengan filsafat, termasuk logika
yang merupakan bagain dari filsafat. Sementara dalam tradisi Islam,
pembelajaran logika mendapat puncaknya sekitar abad ke 2 Hijriyah atau abad ke
7 Masehi, di mana buku-buku Yunani khususnya logika-filsafat diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab yang dipelopori oleh Hunain bin Ishaq (Murtadha Muthahhari:
Belajar Konsep Logika. 2012)
Obyek Kajian
Logika
Obyek kajian
atau hal yang dipelajari dalam ilmu logika terbagi atas obyek materiil yaitu
pikiran (bernalar) dan obyek formil yaitu kaidah berpikir (bernalar) benar.
logika adalah ilmu yang mempelajari tentang prinsip berpikir benar. Dalam
perkembangannya kemudian, definisi logika tersebut dikritik oleh Irving M. Copy
yang berpendapat bahwa logika bukan mempelajari prinsip berpikir benar. Karena
berpikir juga merupakan obyek kajian ilmu psikologi. Berpikir adalah proses
kerja akal untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui atau untuk memperjelas
pengetahuan yang samar. Mengingat, melamun, merencanakan dan merenung tentu
merupakan bagian dari aktivitas berpikir yang bukan termasuk obyek kajian
logika. Aktivitas berpikir yang merupakan obyek kajian logika adalah penalaran.
Penalaran adalah suatu jenis berpikir yang bertugas menyimpulkan premis-premis
yang ada. Maka, definisi ilmu logika adalah ilmu yang mempelajari tentang
prinsip bernalar benar (Irving M. Copy; Introduction to Logic. 1978, hlm 3).
Perbedaan
Pengetahuan dan Ilmu
Apakah
pengetahuan dan ilmu adalah dua terminologi yang memiliki satu makna yang sama?
Pengetahuan adalah hadirnya realitas yang ditangkap oleh akal. Misalnya
realitas batu. Apa saja yang ditangkap akal terhadap batu, itulah pengetahuan
kita tentang batu. Ditinjau dari penghukumannya, pengetahuan kemudian terbagi
ke dalam pengetahuan yang masih sebatas konsep (belum dapat dihukumi) seperti
pada proposisi “batu itu” atau “jangan batu”. Dan pengetahuan yakin (sudah
dapat dihukumi) seperti pada proposisi “batu itu hitam” atau “jangan memakan
batu”. (Hasan Abu Ammar; Ringkasan Logika Muslim).
Alasan
detail mengapa suatu realitas ditangkap akal (diketahui) kemudian disebut
sebagai ilmu. Seyakin apapun kita terhadap suatu realitas, seperti pada propisisi
“batu itu keras” namun kita belum menemukan alasan detail mengapa “batu itu
keras” maka hal tersebut masih dikatakan pengetahuan, bukan ilmu. Jadi
pengetahuan merupakan suatu informasi universal yang tidak sistematis,
sementara ilmu adalah informasi partikular (mendetail) yang sistematis. Dalam
logika modern, ilmu terbagi ke dalam ilmu a posteriori dan ilmu a
priori. Ilmu a posteriori merupakan ilmu yang diperoleh dari
pengalaman inderawi atau eksperimen empiris. Seperti ilmu kimia, kedokteran,
ekonomi, sosiologi dan ilmu ilmiah lainnya, baik yang bersifat alamiah, maupun
sosial. Sementara ilmu a priori adalah ilmu yang diperoleh tanpa
pengalaman inderawi dan eksperimen empiris, namun bersumber dari akal sendiri
seperti filsafat, hukum, etika, termasuk pula logika (Mundiri; Logika. 1994,
halm 7).
Sumber dan
Alat Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan
dapat kita peroleh melalui apa yang disebut alat atau instrumen pengetahuan.
Kalau dalam musik, instrumen musik adalah gitar, drum, terompet dan sebagainya.
Instrumen adalah sesuatu yang dipergunakan untuk memperoleh sesuatu yang lain.
Maka gitar adalah alat yang digunakan untuk memperoleh musik. Lalu, apa saja
instrumen pengetahuan?
1. Panca
Indera
Tahapan
pertama sekaligus yang paling sederhana untuk memperoleh pengetahuan adalah
melalui panca indera. Kedudukan kelima panca indera ini sangat penting dalam
proses memperoleh pengetahuan meskipun indera penglihatan (mata) dan
pendengaran (telinga) seringkali disebut-sebut sebagai indera yang paling
penting. Namun kata Aristoteles; “ Kehilangan satu indera, kehilangan satu ilmu
pengetahuan. “ orang yang buta tentu takkan dapat melihat warna. Sebagaimana
orang yang tuli tentu takkan dapat mendengar bunyi. Paham yang menganggap bahwa
indera adalah alat pengetahuan yang benar disebut kaum empiris. Betatapun
pentingnya, indera terkadang memberi pengetahuan yang salah. Seperti kayu yang
bengkok di dasar air ternyata lurus ketika diangkat ke permukaan. Itu berarti
dibutuhkan instrumen pengetahuan lain yang dapat menutupi kelemahan dan
kesalahan indera.
2. Khayal
atau Imajinasi
Alam khayal
atau imajinasi mampu menangkap bentuk-bentuk sesuatu dan warna yang diperoleh
dari indera. Gunung emas yang tak ada di dunia nyata, dapat tertampung di alam
khayal. Bidadari bersayap yang tak ada di dunia nyata, dapat terbayang di alam
khayal. Kekasih Anda yang jauh disana, dapat hadir di alam khayal. Bahkan bagi
Anda yang belum mempunyai kekasih di dunia nyata, dapat membayangkan bermanja
ria bersama kekasih di alam khayal. Itu semua dapat terjadi karena alam khayal
juga berfungsi menggabungkan bentuk-bentuk segala sesuatu. Fungsi yang lain
yaitu membandingkan. Kita dapat mengatakan yang ini lebih tinggi dari yang itu
ketika kita membandingkannya di alam khayal. Seniman seperti Picasso dan Leonardo
da Vinci sering menggunakan imajinasinya. Bahkan Wright bersaudara mengawali
rancangan pesawatnya di alam khayal. Mereka menggabungkan bentuk burung serta
teknologi mesin dan besi.
3. Akal
Instrumen
akal dibagi atas dua bagian; akal murni (rasio) dan konsep akal jatuh (hati).
Perbedaannya terletak pada apa yang diperolehnya. Hati menangkap hal-hal yang
sifatnya partikulir, subyektif dan relatif seperti perasaan senang, sedih,
lapar, cinta, benci dan marah. Sementara akal murni menangkap hal-hal yang sifatnya
universal, obyektif dan mutlak. Persamaan keduanya terletak pada kemampuannya
menangkap hal-hal yang abstrak atau tidak dapat diinderai. Keduanya juga mampu
menangkap subtansi, intisari atau nama-nama segala sesuatu. Tidak sedikit
ilmuwan, agamawan dan filsuf yang berpendapat bahwa inti dari kemanusiaan
adalah akal. Seperti yang dikatakan oleh Aristoteles; manusia adalah binatang
yang rasional atau yang mengoptimalkan akalnya (Murtadha Muthahhari; Pengantar
Epistemologi Islam).
Manfaat
Mempelajari Ilmu Logika
Dalam
melakukan atau mempelajari apapun, manusia yang bijaksana tentunya
mempertanyaan manfaat dalam melakukan atau mempelajari sesuatu tersebut. Apa
manfaat mempelajari ilmu logika? Kita tidak mungkin mendapatkan hasil yang
benar, tindakan yang benar dan perkataan yang benar, jika tidak di mulai dari
berpikir benar. Karena berpikir adalah awal mula terciptanya segala sesuatu.
Logika hadir sebagai pengatur cara berpikir seseorang hingga cara berpikirnya
menjadi benar. Setelah cara berpikirnya benar, barulah perkataan, tindakan dan
hasil yang didapatkan juga dapat ikut benar. Bagaimana bisa kita berbicara
mengenai perihal yang benar dan yang salah tanpa mengetahui bagaimana cara
berpikir benar. Jadi kurangi atau bahkan berhenti berbicara, komentar dan
bertindak, jika tidak diawali dengan berpikir (bernalar) benar.
Imam ‘Ali
as. pernah berkata : “ Ilmu adalah cahaya yang Allah Swt. berikan kepada hati
yang Ia kehendaki “. Itulah sebabnya mengapa kita perlu berhati bersih untuk
mempelajari suatu ilmu. Ilmu logika merupakan ilmu yang sangat tepat manakala
kita menjadikannnya landasan pengetahuan dan pembelajaran. Agar ke depannya,
dalam mempelajari segala sesuatu, kita bisa menalar benar atau salahnya sesuatu
tersebut. Ilmu logika adalah ilmu yang berguna untuk mengatur dan mengarahkan
kita kepada cara berpikir (bernalar) yang benar. Apakah setelah kita
mempelajari ilmu logika cara berpikir menjadi selalu dan mutlak benar? Tidak
juga! Kita dapat menjawabnya dengan jawaban nadiqh, yaitu jawaban yang
berupa pertanyaan balik. Bagaimana dengan kita yang belajar bahasa Indonesia
tapi masih banyak kesalahan dalam penggunaannya sehari-hari? Hal ini sangat
bergantung pada sejauh mana penerapan kaidah-kaidah dari sang pembelajar ilmu
logika tersebut.
Selamat
bernalar benar!