Setiap manusia pasti menyandang predikat sebagai seorang pemimpin, baik dalam tingkatan tinggi (umat/negara) maupun dalam tingkatan rendah yaitu memimpin diri sendiri. Setiap bentuk kepemimpinan pasti membutuhkan suatu keahlian. Kepemimpinan tidak bisa dijalankan hanya dengan kemampuan seadanya, sebab yang pasti hal itu akan menimbulkan kesalahpahaman diantara seseorang yang dipimpinnya. Kepemimpinan merupakan proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa dan merupakan salah satu tanggungjawab yang sangat besar karena hal itu merupakan amanah dari Allah SWT, baik atau tidaknya sebuah kepemimpinan disebabkan oleh faktor pimpinan itu sendiri.
Secara etimologi
kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah dan Imaroh yang mempunyai makna daya
memimpin atau kualitas seorang pemimpin dan tindakan dalam memimpin. Secara
terminologi adalah suatu kemampuan untuk mengajak orang lain agar dapat
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan, dengan kata lain: Kepemimpinan
adalah upaya untuk mentransformasikan semua potensi yang terpendam menjadi
suatu kenyataan. Tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin adalah menggerakkan,
mengarahkan, dan menuntun sembari memberi motivasi serta mendorong orang yang
dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mengujudkan apa yang telah menjadi tujuan.
HAKEKAT KEPEMIMPINAN
Dalam pandangan Islam,
kepemimpinan adalah amanah dan tanggung jawab yang tidak hanya dipertanggung
jawabkan kepada bagian-bagian yang dipimpinnya tetapi dipertanggung jawabkan,
Allah SWT berfirman:
"dan
orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan
orang-orang yang memelihara sholatnya." (QS.Al Mukminun 8-9)
Jika seorang pemimpin
tidak mempunyai sifat amanah tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan
dan wewenang untuk hal yang tidak baik.
Itulah mengapa nabi Muhammad
SAW juga mengingatkan agar menjaga amanah kepemimpinan, sebab hal itu akan
dipertanggungjawabkan, baik didunia maupun diakhirat. Nabi bersabda:"setiap
kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya" (HR. Bukhori). Nabi Muhammad SAW juga
bersabda: "Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat
kehancuran. Waktu itu ada seorang shahabat bertanya: apa indikasi
menyia-nyiakan amanah itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: apabila suatu
perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat
kehancurannya" (HR. Bukhori)
Oleh karenanya, kepemimpinan
mestinya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi dimaknai
sebagai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya.
Kepemimpinan juga bukan kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan
untuk melayani dan mengayomi dan berbuat dengan seadil-adilnya. kepemimpinan
adalah sebuah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak. Kepemimpinan semacam
ini akan muncul jika dilandasi dengan semangat amanah, keikhlasan dan
nilai-nilai keadilan.
Pemimpin yang ideal merupakan
dambaan bagi setiap orang, sebab pemimpin itulah yang akan membawa
maju-mundurnya suatu organisasi, lembaga, negara dan bangsa. Oleh karenanya,
pemimpin mutlak dibutuhkan demi tercapainya kemaslahatan umat. Tidaklah
mengherankan jika ada seorang pemimpin yang kurang mampu, kurang ideal misalnya
cacat mental dan fisik, maka cenderung akan mengundang kontroversi, apakah
tetap akan dipertahankan atau di non aktifkan.
Imam Al-mawardi dalam
al-Ahkam al-Sulthaniyah menyinggung mengenai hukum dan tujuan menegakkan
kepemimpinan. beliau mengatakan bahwa menegakkan kepemimpinan dalam pandangan
Islam adalah sebuah keharusan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa keberadaan pemimpin (imamah)
sangat penting, artinya, antara lain karena imamah mempunyai dua tujuan:
pertama: Likhilafati an-Nubuwwah fi-Harosati ad-Din, yakni sebagai
pengganti misi kenabian untuk menjaga agama. Dan kedua: Wa sissati
ad-Dunnya, untuk memimpin atau mengatur urusan dunia. Dengan kata lain
bahwa tujuan suatu kepemimpinan adalah untuk menciptakan rasa aman, keadilan,
kemaslahatan, menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, mengayomi rakyat, mengatur
dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat.
Kriteria Pemimpin
Menurut Islam:
1. Beriman dan Beramal
Shaleh, ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin rang yang
beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.
2. Niat yang lurus,
sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya.
3. Laki-Laki, Dalam
Al-Qur'an Surah An-Nisa (4):34 telah diterangkan bahwa laki-laki adalah
pemimpin dari kaum wanita.
4. Tidak meminta
jabatan, Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin
Samurah Radhiyallahu‟anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah
kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan
diberikankepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul
tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamubukan
karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat
Bukhari dan Muslim).
5. Berpegangan pada
hukum Allah, Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allahberfirman:
”Dan hendaklah kamu
memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
6.Memutuskan
Perkara dengan Adil, Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin
mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat
dengankondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau
akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari AbuHurairah
dalam kitab Al-Kabir).
Prinsip-Prinsip
Kepemimpinan Islam
1. Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid merupakan
salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam. Sebab perbedaan akidah yang
fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu kekacauan suatu umat. Oleh sebab
itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan akidah diatas dasar yang dapat
diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid. Dalam alqur'an sendiri
dapat ditemukan dalam surat An-nisa' 48, Ali imron 64 dan surat al Ikhlas.
2. Prinsip Musyawarah (Syuro)
Musyawarah berarti mempunyai
makna mengeluarkan atau mengajukan pendapat. Dalam menetapkan keputusan yang
berkaitan dengan kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat musyawarah dalam
konteks membicarakan persoalan-persoalan tertentu dengan anggota masyarakat,
termasuk didalamnya dalam hal berorganisasi. Hal ini sebagaimana terdapat pada
surat Ali-imran ayat 158."bermusyawarahlah kamu (Muhammad) dengan
mereka dalam urusan tertentu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
bertawakkalah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya".
Meskipun terdapat beberapa
Al-qur'an dan As-sunnah yang menerangkan tentang musyawarah. Hal ini bukan
berarti al-Qur'an telah menggambarkan sistem pemerintahan secara tegas dan rinci,
nampaknya hal ini memang disengaja oleh Allah untuk memberikan kebebasan
sekaligus medan kreatifitas berfikir hambanya untuk berijtihad menemukan sistem
pemerintahan yang sesuai dengan kondisi sosial-kultural. Sangat mungkin ini
salah satu sikap demokratis Tuhan terhadap hamba-hambanya.
3. Prinsip Keadilan
(Al-'adalah)
Dalam memanage pemerintahan,
keadilan menjadi suatau keniscayaan, sebab pemerintah dibentuk antara lain agar
tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Jadi, sistem pemerintahan Islam yang
ideal adalah sistem yang mencerminkan keadilan yang meliputi persamaan hak
didepan umum, keseimbangan (keproposionalan) dalam memanage kekayaan alam
misalnya, distribusi pembangunan, adanya balancing power antara pihak
pemerintah dengan rakyatnya.
4. Prinsip Kebebasan
(al-Hurriyah)
Kebebasan dalam pandangan
al-Qur'an sangat dijunjung tinggi termasuk dalam menentukan pilihan agama
sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang dituntut oleh Islam adalah kebebasan
yang bertanggungjawab. Kebebasan disini juga kebebasan yang dibatasi oleh
kebebasan orang lain. Dalam konteks kehidupan politik, setiap individu dan
bangsa mempunyai hak yang tak terpisahkan dari kebebasan dalam segala bentuk
fisik, budaya, ekonomi dan politik serta berjuang dengan segala cara asal konstitusional
untuk melawan atas semua bentuk pelanggaran.
Kepemimpinan Rasulullah SAW
Kepemimpinan Rasulullah SAW
tidak bisa terlepas dari kehadiran beliau yaitu sebagai pemimpin spiritual dan
pemimpin rakyat. Prinsip dasar dari kepemimpinan beliau adalah keteladanan.
Dalam memimpin beliau lebih memgutamakan Uswah al-Hasanah pemberian contoh
kepada para shahabatnya. Sebagaimana digambarkan dalam Al-qur'an: "dan
sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlaq yang
sangat agung" (QS. Al-qolam: 4). Keteladanan Rasulullah SAW antara
lain tercermin dalam sifat-sifat beliau, Shiddiq, Amanah, Tabliq, Fathonah.
Inilah karakteristik kepemimpinan Rasulullah SAW.
Sifat ajaran Rasulullah Saw
adalah intelektual dan spiritual prinsipnya adalah mengarahkan orang kepada
kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Metode ilmiah seperti ini adalah
yang terbaik yang pernah ada di muka bumi. Khususnya di bidang kepemimpinan dan
akhlak, mampu memberikan kemerdekaan berfikir dan tidak menentang kehendak hati
nurani yang bebas, tidak ada unsur pemaksaan yang menekan perasaan.
Seorang pemimpin yang
memiliki integritas tinggi adalah orang-orang yang penuh keberanian, berusaha
tanpa kenal putus asa untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Cita-cita yang
dimiliki itu mampu mendorong dirinya untuk tetap konsisten dengan
langkah-langkahnya. Ketika seseorang mencapai tingkat ini, maka orang lain akan
melihat bagaimana aspek mulkiyah yaitu komitmen orang
tersebut, sehingga orang akan menilai dan memutuskan untuk mengikuti atau tidak
mengikuti. Integritas akan membuat seorang pemimpin dipercaya, dan kepercayaan
ini akan menciptakan pengikut. Untuk kemudian terbentuk sebuah kelompok yang
memiliki satu tujuan.
Pemimpin Islam adalah orang
yang paling bertanggungjawab terhadap kehidupan rakyat jelata. Mata, telinga,
dan pikiran harus mampu menjangkau kesetiap sudut wilayah kekuasaannya, agar
setiap air mata rakyat yang mengalir dapat diketahui oleh pemimpinnya. Sebagai
negarawan muslim, tanggungjawab yang luar biasa telah ditunjukkan dalam
kepemimpinan Rasulullah Saw di atas, yang rela mengorbankan harta dan jiwanya
bagi keselamatan umatnya. Sikap ini kemudian mewarnai kepemimpinan para sahabat
sepeninggalan beliau.
Mengingat begitu banyaknya
pemimpin yang tidak sempurna, dalam arti tidak mampu mewujudkan sifat-sifat
yang dicintai oleh rakyatnya, maka figur ideal kepemimpinan Rasulullah Saw
sangat tepat untuk menjadi contoh teladan bagi pemimpin sesudahnya untuk
menjalankan kepemimpinan berdasarkan suara hati dan bukan berdasarkan
ambisi. Kepemimpinan Rasulullah Saw sangat berpengaruh dalam peradaban
manusia, beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat dicintai oleh
umatnya, sang Nabi penutup yang lebih memilih Inner Beauty dalam
kesehariannya, dan bukan hanya menampilkan sikap-sikap hanya untuk menarik
perhatian dan simpati orang lain.