Secara akar
kata, sosialisme berasal dari dua suku kata, yaitu socius dan isme. Socius merupakan kata dari bahasa latin
yang berarti teman atau kita. Sementara isme
berarti paham. Maka, secara istilah sosialisme adalah paham yang meyakini
bahwa hak-hak sosial harus diutamakan di atas hak-hak individu. Sosialisme
terbagi ke dalam beberapa bagian besar;
- Sosialisme Komunis, paham sosialis yang meleburkan hak milik individu atau privat ke dalam hak milik bersama. Adapun hak milik bersama tersebut diserahkan kepada instusi bersama yang bernama Negara.
- Sosialisme Anarkis, paham sosialis yang meleburkan hak kekuasaan individu atau kelompok tertentu ke dalam kekuasaan bersama. Hal ini berarti meniscayakan bahwa tidak boleh ada penguasa yang kemudian dapat mengklaim diri atau kelompoknya mempunyai hak untuk menguasai diri atau kelompok lainnya.
- Sosialisme Islam, atau lebih umumnya sosialisme keagamaan, merupakan paham sosialisis yang mengutamakan hak-hak sosial berdasarkan perintah Tuhan melalui utusan dan risalah-Nya.
- Sosialisme Nasionalis, merupakan paham sosialis yang menjunjung tinggi persaudaran kebangsaan sembari menolak campur tangan segelintir elit dan pihak asing dalam urusan kebangsaannya.
Segala pemikiran maupun gerakan yang mengutamakan milik bersama (sosial) di atas milik pribadi disebut sebagai Sosialis. Selain jenis sosialis di atas, terdapat pula jenis sosialis lain menurut Karl Marx dan Engels dalam Manifesto Komunis, diantaranya; Sosialisme feodal, yaitu paham sosialis yang masih berwatak aristokrasi (bangsawan) yang terpinggirkan oleh kehadiran kaum borjuis modern. Sosialisme Borjuis Kecil, yaitu paham sosialis yang berisikan pemodal-pemodal kecil yang tergerus posisinya oleh gerakan pemodal (borjuis) besar. Masih menurt Marx dan Engels, Sosialisme komunis merupakan sosialisme yang sesungguhnya. Suatu paham sosial yang cukup radikal dalam mencapai misinya, masyarakat tanpa kelas. Karena menurut mereka, kelas sosial yang menyebabkan ketimpangan sosial. Semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu. Itulah sosialisme komunis (Karl Marx & Friedrich Engels. Manifesto Komunis. 1848. 2014, hal 65).
Barat mengklaim bahwa akar
sosialisme dunia bermula di Eropa pada awal abad 19. Gerakan itu berawal dari
seperangkat upaya perubahan yang bertujuan untuk menanggulangi ekses sistem industri
dan kapitalisme. Adapun 4 tokoh yang paling berpengaruh dari teori sosiologi
yaitu Karl Marx, Max Webber, Emile Durkheim dan Simmel. Mereka sangat prihatin
terhadap perubahan sosial besar dan berbagai masalah yang ditimbulkannya bagi
masyarakat secara keseluruhan. Namun, di tangan Auguste Comte (1798-1857)
sosiologi menjadi ilmu yang independen dan ilmiah. Ia mengembangkan pandangan
ilmiahnya, yakni positivism atau filsafat positif (Geroge Ritzer. Teori Sosiologi Modern. 2014, hal 17).
Klaim
Barat tentang akar sosialisme dunia harus buru-buru diklarifikasi. Karena jika
melakukan studi komparasi dan telaah obyektif terhadap pelbagai referensi,
gerakan sosialisme sudah dikenal di dunia Islam pada pasa pemerintahan Muhammad
dengan konsepsi masyarakat madani-nya. Emansipasi hak-hak perempuan,
kemerdekaan budak, dan utamanya kewajiban zakat merupakan bukti dari keberadaan
sosialisme di Jazirah Arab pada abad ke 6 masehi tersebut. Pada literatur lain
disebutkan, bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu yang independen dan ilmiah juga
telah dikenal dan diajarkan oleh sosiolog muslim yang bernama Ibnu Khaldun pada
abad ke 14 di daerah Afrika Utara. Organisasi kemasyarakatan, kata Khaldun,
adalah suatu keniscayaan. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
manusia lainnya. Tanpa kehidupan sosial, manusia akan menjadi mangsa binatang
buas. Selain kehidupan sosial secara eksternal, manusia juga harus
mengembangkan kehidupan sosial secara internal. Anarki merupakan kehidupan
sosial yang justru merendahkan derajat kemuliaan manusia di bawah binatang.
Karena binatang seperti lebah pun mengenali konsep kepemimpinan. Diperlukan
organisasi kemasyarakatan yang dikelola oleh seorang pemimpin yang diakui oleh
golongan manusia tersebut demi terwujudnya masyarakat beradab (Ibnu Khaldun. Muqaddimah. 2000, hal 74).
Akar
Sosialisme Indonesia
Dalam catatan sejarah, terdapat
beberapa periode yang menandai lahir dan berkembangnya sosialisme Indonesia,
diantaranya;
- Gerakan Kaum Samin yang meletus di Jawa Tengah pada 1890. Samin pemimpin gerakan tersebut melakukan perlawanan terhadap pembayaran pajak dan menuntut kebebasan atas campur tangan kolonialis Belanda. Pengamat menilai bahwa inilah manifesto komunis murni pertama di Indonesia.
- Lahirnya Serikat Dagang Islam pada tahun 1905, dan utamanya saat berubahnya nama dan orientasi organisasi tersebut. Dari Sarikat Dagang Islam menjadi Sarikat Islam, dan dari orientasi advokasi perdagangan pribumi muslim menjadi advokasi sosial-politik pada tahun 1912 yang diprakarsai oleh ketua umumnya saat itu, yakni Hadji Oemar Said Cokroaminoto.
- Berdirinya ISDV atau Serikat Sosial Demokrat Indonesia di Indonesia pada tahun 1914 oleh para aktivis sosialis Belanda dan pelajar serta tahanan pribumi di Belanda yang prihatin dengan rakyat di Indonesia. Pada dekade 1920, organisasi ini kemudian berubah nama menjadi PKI (Perserikatan Komunis Indonesia).
- Gerakan Nasionalis yang dipelopori oleh Tan Malaka dengan tulisan Menuju Republik Indonesia pada tahun 1926, Indonesia Menggugat karya Ir. Soekarno pada tahun 1926, Islam dan Sosialisme karya Cokromianoto pada tahun 1926, kembalinya Hatta dan Syahrir dari studinya di Belanda, dan maraknya organisasi-organisasi berbasis sosialisme Indonesia seperti PNI (Partai Nasionalis Indonesia), Partindo (Partai Indonesia), Perhimpunan Indonesia, dan lainnya (Jeanne S. Mintz. Muhammad, Marx, Marhaen; Akar Sosialisme Indonesia. 2003, hal 69).
Karakteristik Sosialisme Indonesia
Sosialisme
Indonesia merujuk pada karakteristik sosialisme ala Indonesia. Gaya sosialisme
Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding gaya sosialisme manapun yang
ada di dunia. Pembeda tersebut berupa adat istiadat bangsa Indonesia dan
akseptabilitasnya dengan kehidupan beragama. Adat istiadat yang dimaksud
seperti falsafah gotong royong, musyawarah dan mufakat. Sementara kehidupan
beragama yang dimaksud adalah animism-dinamisme, Hindu-Budha, dan Islam.
Globalisasi dan modernisasi
memang banyak mengubah kehidupan bangsa Indonesia. Tetapi jika ada yang tidak
bisa diubahnya, itu adalah gotong royong, musyawarah dan mufakat. Gotong royong
adalah sikap tolong menolong dalam melakukan sesuatu. Misalnya dalam membangun
irigasi pertanian, membangun rel kereta api, bangsa Indonesia sering melakukan
kegiatan tersebut secara tolong menolong bahkan pembuatan rumah pribadi salah
seorang warga. Musyawarah merupakan rapat warga desa dalam menyelesaikan suatu
persoalan sosial tertentu. Meski di setiap desa terdepat sesepuh atau tetua
adat sebagai pemimpin musyawarah, ia tetap memberikan hak dengar dan bicara
kepada setiap lapisan masyarakat. Sedangkan mufakat adalah upaya untuk
menyatukan aspirasi pada hasil rapat tersebut.
Di
sisi lain, kehidupan keagamaan di Indonesia menjadi pembeda tersendiri dengan
sosialisme ala Eropa. Dukungan Islam terhadap hak-hak sosial, perhatian kepada
kaum fakir, miskin, dhuafa yang ditindas, merupakan bukti bahwa ajaran Islam
dapat berkolaborasi dengan sosialisme Indonesia. Inilah yang kemudian menjadi
alasan mengapa dua kali PKI dibubarkan di tanah Indonesia, yakni pada tahun
1927 saat masa pra kemerdekaan dan pada tahun 1965 saat pasca kemerdekaan,
yaitu karena sikap sosialisme komunis ala Rusia
yang atheis dan menolak praktik hidup keagamaan.
Sebagai Umat
Islam dan Bangsa Indonesia, HOS Cokromianoto menyadarkan kita bahwa perjuangan
menegakkan hak-hak sosial yang dirampas haruslah berdasar ajaran Islam dan
persaudaran kebangsaan. Meski Karl Marx berhasil melakukan perjuangan atas
hak-hak sosial kaum Barat yang ditindas di Eropa, hal itu tidak boleh kita
lakukan. Dengan semangat yang sama, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Jika
Marx melakukan itu berdasar pandangan dunia materi. Sebagai umat Islam dan
Bangsa Indonesia yang memegang teguh nilai-nilai agama, kita harus menegakkan
Sosialisme berdasar dan bersandar pada nilai-nilai Ketuhanan. Sosialisme Islam
yang berpandangan dunia Tauhid, bertujuan mengutamakan hak-hal sosial, bukan
hanya demi persoalan dunia dan kebendaan, tetapi juga akhirat dan Ketuhanan (HOS.
Cokroaminoto. Islam dan Sosialisme.
2008, hal 107).
Dua Kutub
Sosialisme Indonesia Melahirkan Sosialisme Pancasila
Cokroaminoto
dengan gerakan sosialisme Islam-nya mendapati kawan sekaligus lawan utamanya
dari sosialisme sekular. Mulai dari sosialisme komunis ala Tan Malaka,
sosialisme modern ala Hatta dan Syahrir hingga sosialisme nasionalis ala Soekarno.
Dialektika gerakan sosialisme Indonesia tersebut kemudian mendapat sintesa-nya
pada perumusan Pancasila. Dua kutub sosialisme Indonesia, yaitu sosialisme
Islam dan sosialisme sekular akhirnya sepakat dengan rancangan sila kelima
dalam Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dua kutub
tersebut meleburkan egonya masing-masing dan menyatu dalam gerakan sosialisme
Pancasila.
Semoga
bermanfaat!