Ideologi Aksi Pancasila
Rabu, 29 April 2015 by Unknown in Label:


Ada orang yang menyebut dirinya ideolog. Ada pula yang menyebut dirinya praktis dan pekerja hebat. Yang ideolog tentulah mengklaim dirinya idealis. Yang pekerja menyebut dirinya realistis. Absurd betul! Adalah sebuah miskonsepsi besar tatkala ada yang berupaya mendikotomikan sesuatu yang ideal dan sesuatu yang real.  Seperti memisahkan kuah dengan mangkuknya. Seperti memisahkan sate dengan tusuknya. Lebih galat lagi, seseorang tersebut kemudian menamakan yang idealis sebagai “aktivis papan tulis” dan yang realistis-praktis sebagai “aktivis pergerakan”.


Sungguhlah kawan, idealitas dan realitas tidak boleh kita pisahkan. Seperti kata Murtadha Muthahhari, seorang yang paling teoritis seharusnya menjadi seorang yang paling praktis. Begitupun sebaliknya. Bukankah definisi kebenaran adalah korespondesi dan koherensi antara ide dan realitas? Maka, upaya memisahkan ide dan real adalah upaya yang tidak benar, tentunya.

Kata dan Tanda
Minggu, 26 April 2015 by Unknown in Label:

Whorf (1956) dengan ide hipotesis relativitas linguistikberpendapat bahwa jenis konsep dan persepsi yang dapat kita miliki dipengaruhi oleh bahasa tertentu yang kita ucapkan. Dengan demikian, orang yang berbicara dengan bahasa yang berbeda menghayati dunia dengan cara yang berbeda.[1]Berdasar asumsi pandangan dunia bergantung dari bahasa yang digunakan dan bahasa bergantung pada kata dan makna sehingga kata dan makna menjadi topik yang menarik untuk kita telaah.

Kong Hu Cu berpendapat bahwa
keadilan terjadi apabila anak sebagai anak,
ayah sebagai ayah, raja sebagai raja,
masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.

Indonesia berasal dari etimologi indus atau hindia dan nexus atau kepulauan yang secara sederhana berarti kepulauan hindia. indonesia meliputi dari sabang (barat) sampai merauke (timur) dan pulau nias (utara) sampai pulau rote (selatan). Indonesia sebagai negara idealnya bersandar pada sifat baik. Menurut Plato, ada 4 (empat) yang utama yaitu kebijakan, keberanian, keprihatinan dan keadilan. Berdasar pendapat plato jika kita sepakat dengan asumsi tersebut maka Indonesia sebagai negara dimana diwakili oleh kepala negara beserta pemerintahannya harus melaksanakan sifat baik tersebut di tiap-tiap wilayah di Indonesia.


Quid Est Veritas?
Senin, 20 April 2015 by Unknown in Label:


Quid Est Veritas?(apakah kebenaran itu?), tanya Pontius pilatus ketika melepas Yesus Kristus dari pemidanaan, karena ia tidak menjumpai kesalahan kepadanya atas dasar orang yang dihadapkannya. Namun demikian, Pontinus pilatus adalah seorang politikus yang tidak ingin kehilangan popularitas dan ingin tetap menjaga citranya dihadapan orang-orang dan para imam yahudi, sehingga ia tampak tidak bersungguh-sungguh dalam menanyakan hal itu. Buktinya, ia kemudian menyerahkan Kristus ke orang-orang yahudi untuk disalibkan sambil ia mencuci tangan sendiri.

Memaknai Kesadaran Berbangsa
Rabu, 08 April 2015 by Unknown in Label:


Soekarno dalam buku biografinya yang berjujul Penyambung Lidah Rakyat mendefinisikan bangsa sebagai kumpulan individu yang terikat oleh kesamaan kenangan di masa lalu dan harapan di masa depan. Kenangan di masa lalu berupa penjajahan oleh kolonialisme. Dan harapan di masa depan berupa cita untuk memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Bangsa Indonesia merupakan kumpulan dari bangsa-bangsa yang sama-sama dijajah oleh Belanda dan Jepang serta berkomitmen bersama untuk bersatu dalam mencapai Indonesia merdeka.