Soekarno dalam buku biografinya yang berjujul Penyambung Lidah Rakyat mendefinisikan bangsa sebagai kumpulan individu yang terikat oleh kesamaan kenangan di masa lalu dan harapan di masa depan. Kenangan di masa lalu berupa penjajahan oleh kolonialisme. Dan harapan di masa depan berupa cita untuk memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Bangsa Indonesia merupakan kumpulan dari bangsa-bangsa yang sama-sama dijajah oleh Belanda dan Jepang serta berkomitmen bersama untuk bersatu dalam mencapai Indonesia merdeka.
Akar Nasionalisme
Konsepsi nasionalisme atau kebangsaan telah lama dipahami oleh
umat manusia. Baik dari bangsa Yahudi yang berupaya melepaskan diri dari despotisme
Fir’aun, bangsa China, India, Persia, Yunani Klasik, Arab, hingga mendapati
puncaknya pada abad ke 16 saat masa renasains Eropa. Dalam upaya melepaskan
kabut kegelapan zaman pertengahan dan feodalisme monarki, para filofof Eropa
seperti Thomas Hobbes, Rousseau, John Locke
dan Montessquie memiliki kesamaan tekad dalam membangun kesadaran berbangsa dan
bernegara dengan jargon kontrak sosial. Persis yang dikatakan Rousseau bahwa
setiap kali saya merenungkan pemerintahan, rasanya saya berbahagia. Karena
dalam penelitian itu, saya selalu menemukan alasan baru untuk mencintai
pemerintah yang mengatur negeri saya (Jean-Jacques Rousseau. Kontrak Sosial.
2010; hal 4).
Di Indonesia sendiri, konsepsi
tentang kebangsaan sudah dikenal saat akhir abad ke19. Hal itu ditandai dengan
didirikannya organisasi-organisasi pelajar dan pemuda, baik di dalam negeri
maupun pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri, utamanya Belanda. Muhammad
Yamin menggolongkan fase atau zaman kebangsaan Indonesia ke dalam 3 zaman
yaitu; Pertama, Zaman Kebangsaan
Sriwijaya (abad ke 7-13 masehi). Berpusat di Sumatra tenggara dan mengklaim
menguasai daerah Thailand hingga Jawa. Kedua,
Zaman Kebangsaan Majapahit (abad ke 14-16 masehi). Berpusat diantara Jawa
bagian timur dan mengklaim menguasai Sumatra, Jawa dan Sunda Kecil. Kedua
nasionalisme di atas, disebut pula nasionalisme. Sementara yang akan disebutkan
terakhir ini merupakan nasionalisme modern. Ketiga,
Zaman Kebangsaan Indonesia (abad ke 20 sampai sekarang). Berpusat di Jakarta
dan mempunyai daerah yuridiksi dari Sabang di Aceh hingga Marauke di Papua
(Kaelan. Negara Kebangsaan Pancasila. 2013; hal 228).
Indikator
Nasionalisme
Setelah Indonesia merdeka, justru
nasionalisme yang dulu menjadi pemersatu, kini seakan luntur dan mereda. Sebagian
orang kemudian mengklaim bahwa ia dan golongannya adalah yang paling nasionalis.
Apakah indikator nasionalsime? Apakah harus warga pribumi asli Indonesia? Kapten Lie seorang tentara Indonesia keturunan
Tionghoa membatasi pribumi dan non pribumi dengan rasa cinta tanah air. “Pribumi
adalah ia yang Pancasilais, saptamargais, yang jelas-jelas membela kepentingan
Negara dan bangsa. Sedangkan mereka yang suka korupsi dan merugikan kepentingan
nasional, mereka itu sama saja menusuk bangsa kita dari belakang. Maka patutlah
mereka digolongkan orang non-pribumi” (Nursam, 2008).
Muhammad Yamin mengklasifikan
Nasionalisme ke dalam nasionalime defensif yang berbicara tentang apa yang bias
kita lawan, nasionalisme progresif yang berbicara tentang apa yang bisa kita
banggakan dan tawarkan pada dunia internasional. Rasa cinta tanah air bukan
sekadar berada di Indonesia dari lahir hingga mati. Rasa cinta tanah air
terkadang kita dapati saat kita berada di luar Indonesia, namun jiwa kita
selalu ingin berkorban untuk Indonesia. Indonesia disebut sebagai tanah air
dikarenakan wilayah negaranya merupakan integrasi antara perairan dan gugusan
pulau (tanah), di mana wilayah perairan sekitar 2/3 dan sisanya merupakan
wilayah daratan. Maka tepatlah kata Soekarno bahwa negara Indonesia merupakan
negara archipelago (archi yang berarti kekuasan dan pelagos yang berarti lautan). Yaitu
negara perairan yang ditaburi oleh pulau-pulau. Predikat itu lebih telat jika
dibandingkan dengan negara kepulauan (Yudi Latif. Negara Paripurna. 2012; hal
251).
Sila
Persatuan Indonesia sebagai Makna dalam Kesadaran Berbangsa
Kemana Arah yang dituju dari
satunya jalan Indonesia? Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Sila Ke
5). Persatuan adalah upaya menghimpun entitas yang berbeda untuk mencapai
tujuan yang lebih universal. Jawa, Sumatra, Bugis, Papua dan lainnya harus berhimpun
dalam mencapai tujuan yang lebih Universal, yaitu Indonesia. Indonesia secara
etimologi berarti Indus dan Nesus yang artinya Hindia dan Kepulauan, atau
Kepulauan Hindia. Dikatakan Hindia, karena pihak kolonialis pada abad ke 16
hingga aba 18 masih mengindentifikasi India dalam petanya. Otomatis, di belahan
dunia timur setelah India, mereka sebut kepulauan Hindia. Seturut dengan itu,
Nusantara merukan gabungan dari dua suka kata yaitu nusa yang berarti pulau dan
antara. Berarti nusantara adalah wilayah yang diantarai oleh pulau-pulau.
Indonesia Yang Esa. Setiap mahluk
itu esa. Hal ini berangkat dari teori identitas. Tapi karena ia adalah Keesaan
makhluk, maka Keesaannya adalah keesaan yang bergantung, nisbi dan potensial. Fase
pertama persatuan ialah sumpah pemuda. Fase kedua adalah proklamasi dan
sekarang merupakan fase ketiga persatuan. Pada fase ini merupakan fase terberat.
Apakah kita hanya bersatu dalam
keindonesiaan ketika kita dijajah? Apakah persatuan kemudian berubah menjadi
perceraian dan perberaian saat kita telah merdeka. Apakah persatuan adalah alat
untuk mencapai kemerdekaan? Ataukah persatuan merupakan tujuan dari kemerdekaan
itu sendiri. Sehingga jika kita tidak bersatu, kita sesungguhnya belum
merdeka. Karena dengan bersatulah, kita
baru dapat dikatakan merdeka. Bersatu bukan berarti menihilkan perbedaan,
apalagi membantai yang berbeda.
Jika kembali pada teori
identitas, bukankah setiap makhluk itu berbeda. Atau seperti dalam bahas
Alqur'an, perbedaan membuat kita saling mengenal. Perbedaan adalah rahmat, kata
Nabi Muhammad Saw. Dengan perbedaanlah kita dapat mengenali antara yang satu
dengan yang lain. Bayangkan jika kita semua sama, identik. Maka persatuan tidak
diperlukan. Persatuan kemudian bermanfaat untuk merangkul entitas yang berbeda
ke dalam suatu realitas yang majemuk. Kita menyebutnya berbeda-beda tapi satu.
Dalam Filsafat disebut segala esensi terhimpun dalam satu eksistensi. Persatuan
hanya mustahil terjadi pada dua hal yang kontradiksi, misalnya ia adalah
manusia yang hidup sekaligus mati. Jadi, persamaan dan kontradiksi tidak
membutuhkan persatuan. Hanya perbedaan yang dibutuhkan oleh persatuan. Berbeda
entitas tapi satu jalan dan arah.
Hakikat
Kesatuan
Kesatuan adalah tersusunnya
suatu bagian-bagian yang berbeda karakter yang membentuk suatu karakter baru.
Jika ia Tunggal seperti Tuhan yang tidak tersusun, tentulah lepas dari predikat
kesatuan. Kesatuan hanya dapat kita hukumi atau predikasi pada sesuatu yang
tersusun oleh beberapa bagian. Dan hal itu hanya ada pada makhluk. Malaikat
misalnya, tersusun dari cahaya dan kehendak Tuhan. Manusia tersusun dari raga,
roh, dan jiwa. Binatang tersusun dari raga dan insting. Air tersusun dari
hidrogen dan oksigen. Kemudian, kesatuan terbagi atas kesatuan partikular dan
kesatuan universal. Kesatuan partikular adalah kesatuan yang bagian-bagiannya
tidak dapat eksis jika tidak bersatu. Seperti organ tubuh manusia yang hanya
dapat eksis jika bersatu pada tubuh manusia. Sementara kesatuan universal
adalah kesatuan yang bagian-bagiannya mandiri atau tetap dapat eksis meski
tidak bersatu, seperti kopi, susu dan gula yang memiliki karakteristik
tersendiri yang berbeda dari karakter kopi susu. Tapi jika ia bersatu, maka
akan meleburkan karakter lamanya ke dalam suatu karakter baru yang bernama kopi
susu.
Jika dikontekstualisasikan dalam
tataran berindonesia, maka kesatuan indonesia adalah kesatuan universal. Di
mana setiap bagian-bagiannya yang terdiri dari suku, bangsa dan pulau memiliki
karakteristik tersendiri dan independen dari indonesia. Tetapi bagian-bagian
tersebut dapat mengembangkan karaktesitik dirinya masing-masing jika disatukan
dalam suatu kesatuan yang memiliki satu tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan.
Dan dikarenakan persatuan, maka kesatuan tersebut kemudian mencipta suatu
karakter baru yang bernama bangsa indonesia.
Multikulturisme, heterogenitas,
atau kebudayaan yang jamak dapat diatasi oleh keadilan yang merupakan peran dan
fungsi Negara. Perhimpunan berbasis etnis (Jong Java, Jong Celebes), agama
(Syarikat Islam, Muhammdiyah, NU), disiplin ilmu (STOVIA), belum mampu menjadi
pemersatu Bangsa. Semangat pergerakan kepemudaan pada waktu itu kemudian
mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Inilah cetak biru lahirnya persatuan Indonesia.
Bagaimana dengan sekarang? Dari dan untuk siapakah Persatuan Indonesia? Fuad
Hasan dalam buku Restorasi Pancasila menyebutkan bahwa Kekitaan dalam
keindonesiaan adalah akumulasi dan upaya meleburkan, bukan menghancurkan,
kekamian dalam kedaerahan, kesukuan dan keagamaan. Maka, persatuan Indonesia
bukanlah upaya dekstruksi, melainkan solusi dalam merangkul perbedaan suku,
agama dan ras dan golongan.
Selamat
berindonesia!